PERKEMBANGAN ANAK USIA OPERASIONAL KONGKRIT DILIHAT DARI PERKEMBANGAN BAHASA, EMOSI, DAN SOSIAL.

A. PERKEMBANGAN BAHASA PADA ANAK USIA OPERASIONAL KONGKRIT



    Usia sekolah dasar merupakan masa berkembang pesatnya kemampuan mengenal dan menguasai perbendaharaan kata (vocabulary). Melalui bahasa setiap manusia dapat mengenal dirinya, sesamanya, alam sekitar, ilmu pengetahuan dan nilai-nilai moral atau agama. Pada awal masa ini anak sudah mulai menguasai sekitar 2.500 kata dan pada masa akhir 11-12 tahun anak telah dapat menguasai sekitar 5.000 kata. Perkembangan bahasa anak diperkuat dengan hadir mata pelajaran bahasa indonesia sebagai bahasa pemersatu, dengan harapan siswa dapat mengetahui bahasa indonesi yang sesuai dengan ejaan yang disempurnakan, yang digunakan untuk berkomunikasi, mengekspresikan pikiran, perasaan, sikap dan makna dari setiap isi dari setiap bahan bacaan. Beberapa cara yang dapat dilakukan guru guna mengembangkan kemampuan berbahasa atau keterampilan berkomunikasi anak melalui tulisan dengan mengajak anak untuk berimajinasi yang diluapkan dalam tulisan berbentuk karangan yang berkiatan dengan pengalaman hidup siswa atau kehidupan pada umumnya, cita-citaku, keluargaku dll.

Tahap Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak 

K. Eileen dan Lynn R. Marotz, 2002 (Mardison:2016) menjelaskan tentang profil perkembangan dan pola pertumbuhan anak termasuk perkembangan berbicara dan berbahasa anak usia 6-12 tahun, diantaranya adalah:

1. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 6 Tahun:

  • Berbicara tanpa henti; bisa digambarkan seperti pengoceh.
  • Bercakap-cakap seperti orang dewasa;banyak bertanya.
  • Mempelajari lima sampai sepuluh kata setiap hari; kosa katanya terdiri dari 10.000-14.000 kata.
  • Menggunakan bentuk kata kerja, urutan kata dan struktur kalimat yangtepat.
  • Menggunakan bahasa dan bukan tangisan disertai teriakan atau agresi fisik untuk mengungkapkan ketidaksenangan: “Ini punyaku! Kembalikan, Kamu bodoh.
  • Berbicara sendiri sambil menentukan langkah-langkah yang diperlukan untuk memecahkan masalah sederhana (walaupun “logika”nya mungkin tidak jelas bagi orang dewasa).
  • Menirukan ucapan populer dan kata- kata kotor; menganggap ucapan- ucapan jorok sangat lucu.
  • Senang menceritakan lelucon dan teka- teki; biasanya, humornya jauh dari halus.
  • Senang dibacakan cerita dan mengarang cerita.
  • Mampu belajar lebih dari satu bahasa; melakukanya dengan spontan dalam keluarga dwibahasa atau multibahasa.

2. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 7 Tahun:

  • Senang bercerita; suka menulis cerita pendek, menceritakan dongeng khayalan.
  • Menggunakan susunan kalimat dan bahasa percakapan seperi orang dewasa; pola kalimat mencerminkan perbedaan budaya dan letak geografis.
  • Menjadi semakin tepat dan luas dalam hal penggunaan bahasa; semakin banyak menggunakan kata sifat deskriptif dan kata keterangan.
  • Menggunakan gerak tubuh untuk menggambarkan percakapan.
  • Mengkritik hasil karyanya sendiri: “Saya tidak menggambar dengan benar,” “Gambarnya lebih bagus dari dari gambarku.”
  • Membesar-besarkan kejadian adalah hal yang wajar: “Saya makan sepuluh hot dog pada waktu piknik.”
  • Menjelaskan kejadian sesuai dengan kemampuan atau kebutuhannya: “Hari ini tidak hujan karena saya akan pergi piknik.”
  • Menggambarkan pengalaman secara rinci: “Pertama, kami memarkir mobil, lalu kami berjalan mendaki jalanan kecil yang jauh, setelah itu kami duduk di atas pohon yang rubuh di dekat danau dan makan...”
  • Memahami dan menjalan perintah dalam beberapa tahap (sampai lima tahap): kadang minta diulang perintahnya karena tidak mendengarkan seluruhnya pada saat pertama kali disampaikan.
  • Senang menulis pesan dan catatan singkat untuk temannya.

3. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 8 Tahun:

  • Senang menceritakan lelucon dan teka-teki.
  • Mengerti dan melakukan instruksi beberapa tahap (sampai lima tahap); mungkin minta diulang karena tidak mendengar seluruhnya.
  • Membaca dengan mudah dan memahaminya.
  • Menulis surat atau mengirim pesan kepada teman, termasuk deskripsi yang imajinatif dan mendetail.
  • Menggunakan bahasa untuk mengkritik dan memuji orang lain; mengulang-ulang ucapan popular dan kata umpatan.
  • Memahami dan mengikuti aturan tata kalimat dalam percakapan dan bentuk tertulis.
  • Berrminat mempelajari kode kata rahasia dan menggunakan bahasa kode.
  • Bercakap-cakap dengan orang dewasa dengan lancar, mampu berpikir dan berbicara mengenai masa lampau dan masa depan; “Jam berapa kita berangkat berenang minggu depan.”

4. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 9-10 Tahun:

  • Senang berbicara, sering kali tidak berhenti dan tanpa alasan yang jelas; kadang digunakan sebagai alat untuk mendapatkan perhatian.
  • Mengungkapkan perasaan dan emosinya secara efektif melalui kata-kata.
  • Memahami dan menggunakan bahasa sebagai sistem komunikasi dengan orang lain.
  • Menggunakan ucapan populer yang sering diucapkan teman sebayanya: “manis”, “keren”, “top-abis”.
  • Mengenali bahwa beberapa kata mempunyai arti ganda, “panjang tangan”, “mengadu domba”.
  • Menganggap perumpamaan yang tidak masuk akal (permainan kata) dalam lelucon dan tekan-teki sebagai sesuatu yang lucu.
  • Menunjukan pemahaman tingkat tinggi mengenai urutan tata bahasa; mengenali apabila ada kalimat yang tata bahasanya tidak tepat.

5. Perkembangan Berbicara dan Berbahasa Anak Usia 11-12 Tahun:

  • Menyelesaikan sebagian besar perkembangan bahasa pada akhir fase ini; hanya sedikit perbaikan masih diperlukan selama beberapa tahun mendatang.
  • Senang berbicara dan berargumentasi, sering tidak pernah berhenti, dengan siapa pun yang mau mendengarkan.
  • Menggunakan struktur bahasa yang lebih panjang dan kompleks.
  • Semakin menguasai kosa kata yang kompleks, bertambah 4.000 sampai 5.000 kata baru tiap tahun, menggunakan kosa kata dengan terampil untuk mengembangkan cerita dan menggambarkannya dengan jelas.
  • Menjadi pendengar yang suka berfikir.
  • Mengerti bahwa kalimat dapat memiliki arti yang tersirat (bertujuan): ketika ibunya bertanya, “Apakah PR mu sudah selesai?” beliau bermaksud untuk mengatakan kamu sebaiknya berhenti bermain, ambil bukumu dan mulai kerjakan PRmu.
  • Memahami konsep ironi dan sarkasme;mempunyai selera humor dan senang menceritakan lelucon, teka-teki, dan sajak untuk menghibur orang lain.
  • Menguasai beberapa gaya bahasa, bisa berubah-ubah berdasarkan situasi: gaya yang lebih formal ketika berbicara dengan guru, gaya yang lebih kasual dengan orang tua, dan gaya yang sering memakai ungkapan populer dan kata rahasia ketika mengobrol bersama teman. 

Langkah-langkah Dalam Membantu Perkembangan Bahasa pada Anak SD

  • Membaca, latihlah daya baca anak dengan memperkenalkan sejak dini bahan bacaan pada anak dengan menghadirkan atau mendekatkan anak dengan sumber membacanya, merupakan kegiatan yang paling penting yang bisa dilakukan setiap hari bersama anak. ciptakan kegiatan membaca yang menarik dan menyenagkan untuk anak melalui pojok baca kelas atau kunjungan perpustakaan secara rutin.
  • Berbicara, ajaklah anak berkomunikasi menggunakan bahasa yang sederhana tentang kegiatan sederhana yang dilakuakan orang tua dan anak dengan melatih anak mengemukakan pendapatnya dan berbai berbicara didepan umum.
  • Memperkenalkan kata-kata baru setiap harinya kepada anak, perkenalkanlah kosa kata pada anak atau istilah-istilah dalam pembelajarannya.
  • Cobalah mengapresiasi setiap pembicaraan atau cerita terhadap anak, berikan kesempatan pada anak untuk mengemukakan pendapatnya dan berilah pujian pada setiap cerita yang mereka sampaikan agar membangun kepercayaan diri pada anak.
  • Berbicaralah pada anak setiap hari, usahakn lakukan komunikasi pada anak melalui proses tanya jawab, pandang dan dengarkan mereka saat mereka sedang berbicara supaya mereka mengetahui bahwa mereka itu sangat penting dan keberadaannya dianggap penting bagi orang-orang disekitarnya.
  • sajikan media pembelajaran dan metode pembelajaran yang menarik yang dapat meningkatkan kemampuan berbahasa anak. 

 

B. PERKEMBANGAN EMOSI PADA ANAK 

Emosi merupakan faktor dominan yang mempengaruhi tingkahlaku individu. Emosi terbagi menjadi 2 yaitu:

  1. Emosi yang stabil/positif,seperti perasaan senang, menunjukkan wajah yang ceria, mau bergaul dengan teman secara baik, bersikap respek atau menghargai terhadap diri sendiri dan orang lain, bergairah, bersemangat atau rasaingin tahu individu terhadap sesuai sehingga menimbulkan konsentrasi dalam aktivitas belajarnya seperti memperhatikan penjelasan guru, membaca buku, aktif berdiskusi, mengerjakan tugas dan disiplin dalam belajar.

  2. Emosi yang tidak stabil/tidak sehat/negatif,seperti perasaan tidak senang, kecewa, menunjukkan wajah yang murung, mudah tersinggung, tidak suka bergaul, suka marah-marah, suka mengganggu teman, tidak percaya diri, tidak bergairah, maka akan berpengaruh pada proses belajar yang ditandai dengan perasaan letih, ngantuk dan tidak konsentrasi pada aktivitisa belajar.

    Untuk menumbuhkan emosi yang positif maka guru seyogyanya menyediakan ruang kelas yang kondusif, menyenangkan, variatif, dan penuh keceriaan agar siswa bergairah dalam berinteraksi didalam kelasnya. Pada usia sekolah khususnya kelas tinggi, anak sudah mulai menyadari bahwa pengungkapan emosi secara kasar tidaklah diterimaatau disenangi oleh orang lain, sehingga mulai mengontrol atau mengendalikan emosinya melalui pembiasaan.

Kecerdasan Emosional

Goleman (Aswat, 2021) yang mengartikan Kecerdasan emosional atau emotional quotient merujuk kepada kemapuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemapuan mengelola emosional diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain Mikarsa, Taufik, dan Prianto 2008 (Pamungkas, dkk. 2017:2), mengungkapkan bahwa emosi yang cerdas akan memengaruhi tindakan anak dalam mengatasi masalah, mengendalikan diri, semangat, tekun serta mampu memotivasi diri sendiri yang terwujud dalam beberapa hal, yaitu motivasi belajar, pandai, memiliki minat, konsentrasi, dan mampu membaur dengan lingkungan.  Kecerdasan emosional dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam mengelola perasaan dari hal-hal yang ia lihat, pahami, dan ekspresikan terhadap suatu informasi atau ransangan dari luar.

Menurut Suyadi 2010 (Assingkily dan Hardiyati: 2019), perkembangan emosional adalah luapan perasaan ketika anak berinteraksi dengan orang lain. Anak dalam berinteraksi, sering kali dijumpai meluapkan spontanitas tindakan dan ucapan sebagai wujud reflektif dalam dirinya, akan tetapi hal ini tentu tidak pantas dibiarkan apalagi melekat pada karakter anak. Untuk itu, luapan perasaan inilah yang patut diarahkan, dibiasakan, terlebih dicontohkan pada figur yang baik kepada anak, agar kebiasaan yang baik pulalah melekat pada dirinya.

Nugraha dan Rachmawati (Aswat, 2021)  pemetaan yang sistematis berdasarkan aspek/unsur dan ciri-ciri kecerdasan emosional, yang ditunjukkan dalam tabel berikut:   

Aspek emosional dan karakteristik perilakunya

Aspek

Karakteristik Perilaku

Kesadaran Diri

a.     Mengenal dan merasakan emosional diri sendiri

b.     Memahami penyebab perasaan yang timbul

c.     Mengenal pengaruh perasaan terhadap tindakan

Mengelola Emosional

Bersikap toleran terhadap frustasi dan mampu mengelola amarah secara baik.

a.     Lebih mampu mengungkapkan amarah dengan tepat

  1. Dapat mengendalikan perilaku agresif yang merusak diri sendiri dan orang lain 
  2. Memiliki perasaan yang kuat tentang diri sendiri, sekolah dan keluarga 
  3. Memiliki kemampuan untuk mengatasi ketegangan jiwa 

e.     Dapat mengurangi perasaan kesepian dan cemas dalam pergaulan

Memotivasi diri

a.     Memiliki rasa tanggungjawab

b.     Mampu memusatkan perhatian pada tugas yang dikerjakan

c.     Mampu mengendalikan diri dan tidak bersifat implusif

Empati

a.     Mampu menerima sudut pandang orang lain

b.     Memiliki kepekaan terhadap perasaan orang lain

c.     Mampu mendengarkan orang lain

Membina Hubungan

a.     Memiliki pemahaman dan kemampuan untuk menganalisa hubungan orang lain

b.     Dapat menyelesaikan konflik dengan orang lain

c.     Memiliki kemampuan berkomunikasi dengan orang lain

d.     Memiliki sifat mudah bersahabat atau mudah bergaul

e.     Memiliki sikap tenggang rasa dan perhatian pada orang lain

f.      Memperhatikan kepentingan sosial (senang menolong orang lain) dan dapat hidup selaras dengan kelompok.

g.     Bersikap senang hati berbagi rasa dan kerja sama

h.     Bersikap demokratis dalam bergaul dengan orang lain.

    Perkembangan emosi setiap anak berbeda-beda, dengan bimbingan guru dapat membantu anak lebih terarah dalam melewati masa perkembangan emosionalnya, sehingga guru berupaya semaksimal mungkin untuk memberikan berbagai stimulasi, yakni dengan mengajak anak terlibat dalam permainan kelompok kecil, membangun kepercayaan diri anak dengan mengajak menceritakan pengalaman di depan teman-temannya, dan mengajak untuk saling berbagi makanan, membantu kesusahan temannya dalam bentuk kepedulian terhadap sesama sebagai bentuk penanaman karakter. Untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, guru sebagai tenaga didik harus memberikan lingkungan belajar yang nyaman kepada siswanya, mendesain lingkungan fisik kelas yang menyenangkan agar menjadi tempat yang dapat mengembangkan kemampuan sosial emosi anak. Anak yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi lebih mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya dimanapun mereka berada, memudahkan mereka bergaul dan mengendalikan semosinya. Tusyana, dkk (2019) Dalam tahap perkembangan sosial- emosional tidak semua siswa dapat melewati perkembangan secara baik, disisi lain siswa mengalami suatu permasalahan untuk mengembangkan sosial-emosional karena ada pengaruh negatif dari lingkungan sosial dan keluarga yang kurang mendukung. Oleh sebab itu peran orang tua dan guru sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial- emosi siswa usia dasar dengan cara memberi bimbingan dan pengarahan terhadap perkembangan sosial-emosional siswa usia dasar agar tercapainya perkembangan sosial- emosional yang diharapkan. 

 Perkembangan Emosional Anak Usia antara 5 sampai 12 tahun

  • Pada usia 5-6 anak mulai mempelajari kaidah dan aturan yang berlaku. Anak mempelajari konsep keadilan dan rahasia. Anak mulai mampu menjaga rahasia. Ini adalah keterampilan yang menuntut kemampuan untuk menyembunyikan informasiinformasi secara.
  • Anak usia 7-8 tahun perkembangan emosi pada masa ini anak telah menginternalisasikan rasa malu dan bangga. Anak dapat menverbalsasikan konflik emosi yang dialaminya. Semakin bertambah usia anak, anak semakin menyadari perasaan diri dan orang lain.
  • Anak usia 9-10 tahun anak dapat mengatur ekspresi emosi dalam situasi sosial dan dapat berespon terhadap distress emosional yang terjadi pada orang lain. Selain itu dapat mengontrol emosi negatif seperti takut dan sedih. Anak belajar apa yang membuat dirinya sedih, marah atau takut sehingga belajar beradaptasi agar emosi tersebut dapat dikontrol.
  • Pada masa usia 11-12 tahun, pengertian anak tentang baik- buruk, tentang norma-norma aturan serta nilai-nilai yang berlaku di lingkungannya menjadi bertambah dan juga lebih fleksibel, tidak sekaku saat di usia kanak-kanak awal. Mereka mulai memahami bahwa penilaian baik-buruk atau aturan- aturan dapat diubah tergantung dari keadaan atau situasi munculnya perilaku tersebut. Nuansa emosi mereka juga makin beragam.

C. PERKEMBANGAN SOSIAL ANAK  

Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan atau interaksi sosial atau proses belajar untuk menyesuaikan diri dengan norma- norma kelompok, tradisi dan norma agama. Pada usia ini perkembangan sosialnya sebagai berikut:

  1. anak mulai memiliki kesanggupan menyesuaikan diri dari sikap terpusat kepada diri sendiri menuju sikap bekerja sama atau peka terhadap kebutuhan orang lain.

  2. anak mulai berminat terhadap kegiatan-kegiatan teman sebaya

  3. bertambah kuat keinginannya untuk diterima menjadi anggota kelompok (gang)

    kematangan proses sosial ini dapat diamanfaatkan

dengan memberikan tugas-tugas kelompok yang memberikan pengalaman belajar tentang sikap dan kebiasaan dalam bekerja sama, saling menghormati, bertenggang rasa, dan bertanggungjawab.

Ilham (2020) , berpendapat bahwa perkembangan sosial adalah preses pembentukan kepribadian seseorang untuk memperoleh kemampuan berprilaku yang sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku di lingkungan sosial. Farida Mayar, 2013 (Ilham:2020) Jika seorang anak memiliki pengalaman sosial yang buruk, seperti tidak diperbolehkan main keluar rumah oleh orang tuanya, maka hal itu, akan berpengaruh bagi proses sosialisasinya kepada lingkungan sekitarnya yang berada di luar rumah. Hal ini, akan menyebabkan anak menjadi tidak tahu dan kurang bersosialisasi dengan lingkungan di luar rumah. Sebagaimana dalam pembelajaran anak melalui interaksi sosial baik dengan orang dewasa maupun dengan teman sebaya yang ada dilingkungan nya. Salah satu cara anak belajar adalah dengan cara mengamati, meniru, dan melakukan. Orang dewasa dan teman-teman yang dekat dengan kehidupan anak merupakan objek yang diamati dan ditiru anak. Melalui cara ini anak belajar cara bersikap, berkomunilasi, berempati, menghargai atau pengetahuan dan keterampilan lainnya. Pendidikan dan orang- orang dewasa di sekitar anak seharusnya peka dan menyadari bahwa dirinya sebagai model yang pantas untuk ditiru anak dalam berucap, bersikap, merespon anak dan orang lain, sehingga dapat membantu anak mengembangkan kemampuan berkomunikasi dan kematangan emosinya. 

 SUMBER: 

Mardison Safri. 2016. PERKEMBANGAN BAHASA ANAK USIA SEKOLAH DASAR/ MADRASAH IBTIDAIYAH (SD/MI).Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, Volume VI Edisi 02 2016, hlm 635-643.

Muhammad Shaleh Assingkily dan Mikyal Hardiyati. 2019.ANALISIS PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL TERCAPAI DAN TIDAK TERCAPAI SISWA USIA DASAR.Available online at: http://journal.uinsgd.ac.id/index.php/al-auladAl-Aulad: Journal of Islamic Primary Education, 2 (2), 2019, 19-31.

Aswat Hijrawatil, dkk. 2021.IMPLEMENTASI SOCIAL EMOTIONAL LEARNING: CONFLICTS RESOLUTIONSTERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL ANAK DI SEKOLAH DASAR KOTA BAUBAU.Jurnal Basicedu Vol 5 No 2 Tahun 2021 p-ISSN 2580-3735 e-ISSN 2580-1147.http://www.jbasic.org/index.php/basicedu/article/view/803/pdf.

Eka Tusyana , Rayi Trengginas , Suyadi. 2019.ANALISIS PERKEMBANGAN SOSIAL-EMOSIONAL TERCAPAI SISWA USIA DASAR.Jurnal Inventa Vol III. No 1 Maret 2019. ISSN : 2598-6244.

Ilham. 2020. PERKEMBANGAN EMOSI DAN SOSIAL PADA ANAK USIA SEKOLAH DASAR.eL-Muhbib Jurnal Pemikiran dan Penelitian Pendidikan Dasar ISSN 2614-1051 Volume 4 Nomor 1 Desember 2020

Komentar

Postingan populer dari blog ini

FASE PERKEMBANGAN ANAK USIA 0 SAMPAI 7 TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INDIVIDU